OLeh : La Ode Halim
Pada waktu melakukan sembah terhadap Sultan, oleh rakyat dilakukan dengan dengan cara Duduk sambil memegang tanah dan menatap Sultan lalu tunduk menyembah.
Filosofi yang terkandung didalamnya diartikan sebagai berikut :
1. Duduk merendah diri perlambang kepatuhan kepada yang dihadapi (khalifatullah), perintah Tuhan yang dipersonifikasikan dalam diri sang Sultan. Sambil tidak melupakan bahwa diri yang mendukung perintah Tuhan yang dihadapinya itu adalah manusia pula hamba Allah sama dengan dirinya. Oleh karena itu sang Rakyat memegang tanah sambil menatap sang Sultan untuk mengingatkan sang Sultan “Hai Sultan, ingatlah bahwa jasadmu itu dari tanah dan akan kembali ketanah. Sadarlah bahwa kita sama, bahwa yang kusembah hanyalah perintah Tuhan yang engkau dukung itu”. Lalu tunduk dan menyembahlah sang Rakyat.
2. Sang Sultanpun demi menerima pandangan itu, maka insayaflah ia akan dirinya, akan keadaanya sebagai ciptaan dari Yang Maha Pencipta. Ingatlah ia bahwa iapun menyembah apa yang disembah oleh yang menyembah itu. Bahwa mareka menyembah yang Satu dan demi yang Satu. Lalu dengan agak mengelak atau agak memejamkan mata atau agak memandang keatas sambil mengucapkan “La-ilaha-illallah”.
3. Berdosalah rakyat yang menyembah padahal dia tidak mengetahui makna yang sebenarnya dari sembah itu, berdosalah Sultan yang disembah sedang ia melupakan dirinya sebagai hamba yang mendukung perintah Tuhan dan menyembah Tuhan bersama-sama dengan rakyatnya. Sebaliknya mendapat pahala rakyat dan Sultan yang berpandang-pandangan dengan mengenal dan meyakini hakekat sembah itu, karena disitu hadir Tuhan dalam kalbu mereka dengan kebesaran yang nyata.
4. Pada saat menyembah Sultan dan pada saat melihat orang menyembah Sultan dan juga saat berada dalam lingkungan Sultan sadarlah diri akan hubungannya dengan Tuhan dan akan tugas pemerintahannya di Jalan Allah.
Jika mutiara kebajikan pemerintahan ini terapkan dalam konteks modernitas hari ini, hubungan rakyat dengan pemerintahnya akan selalu mendapat Ridha dari yang Esa.
(disadur dari buku MEMBARA DIAPI TUHAN)
Sumber : http://orangbuton.wordpress.com/category/sultan/