bumi buton indonesia

bumi buton indonesia
PROSESI PINGITAN ALA BUTON

Minggu, 14 Februari 2016

MAKAM GAJAH MADA TAK ADA DALAM BENTENG TAKIMPO

OLEH : ALI HABIU


 La Aisi
 

Berbagai perdbatan para tokoh adat dan pemuka masyarakat Pasar Wajo yang berdiam di desa Takimpo tentang kepercayaan mereka secara turun temurun akan adanya Makam leluhurnya Gajah Mada dalam Benteng Takimpo (diyakini dan dirahasiakan terdapat dibawah Baruga dalam kawasan Benteng Takimpo) kini telah pupus. Hal ini dibuktikan langsung dengan hasil wawancara penulis dengan salah seorang tokoh parabela Takimpo Lipu Ogena bernama La Aisi. Hasil wawancara beliau mengatakan bahwa penyelesaian yang benar seputar masalah kepercayaan masyarakat Takimpo akan makam leluhurnya Gajah Mada di kawasan benteng kota lama Takimpo harus mampu diselesaikan secara bathin bukan atas tutur sejarah saja. 
 
Menurut beliau bahwa setelah mengadakan tapah brata khusus untuk mengetahui siapa sebetulnya yang terdapat dalam makam rahasia yang terdapat dalam benteng desa Takimpo lama Lipu Ogena maka didapatnya bahwa ternyata kepercayaan masyarakat Takimpo atas makam leluhurnya Gajah Mada dan/atau prajurit setianya sebanyak 40 orang itu semuanya tidaklah benar. Dia mengatakan demikian sebab dalam pandangan bathin beliau tidak satupun diketemukan adanya mayat yang ditanam dalam lubang yang dirahasiakan di dalam kawasan benteng kota lama Takimpo tersebut. Dan beliau berkesimpulan bahwa makan prajurit setia Gajah Mada yang benar terdapat di Batauga desa Masiri bukan di kota lama Lipu Ogena Takimpo (dalam Benteng Takimpo)
 
 
.Benteng Takimpo di Pugar Masa Gubernur Ali Mazi
 
 
Hal ini sama juga yang didapatkan oleh penulis saat mengadakan pra riset penelusuran jejak prajurit Majapahit di wilayah eks Kerajaan Buton dan dari hasil pemantauan bathin langsung di lapangan dalam Benteng Takimpo kala itu. ****

THINK AND RE THINK "BUNG KARNO ADALAH PUTRA BUTON"

18 Juni 2011
OLEH : MAWADDATURAHMAH MUIF,S.Sos *)


“Aku bukan pencipta Pancasila, Pancasila diciptakan oleh bangsa Indonesia sendiri. Aku hanya menggali Pancasila daripada buminya bangsa Indonesia. Pancasila terbenam dalam bumi bangsa Indonesia 350 tahun lamanya,- aku gali kembali dan aku sembahkan Pancasila diatas persada bangsa Indonesia kembali.".................

Aku menggali lima mutiara… yang tadinya lima mutiara itu cemerlang tetapi oleh karena penjajahan asing yang 350 tahun lamanya terbenam kembali di dalam bumi bangsa Indonesia” (Pidato Bung Karno, 24 Desember 1955, Surabaya)

Ini adalah salah satu contoh bentuk statement yang diucapkan oleh Bung Karno (Sang Putra Fajar, Pemersatu Nusantara) selaku Presiden Pertama Republik Indonesia, sebagai penolakan bila beliau dipuji atas filsafat Pancasila yang dicetuskannya dalam sidang BPUPKI dalam menentukan dasar Negara pada bulan Mei 1945 silam dan membawa kejayaan Indonesia hingga kini. Beliau selalu dengan tegas menolak untuk disebut sebagai “pencipta” dari PANCASILA.
Mengutip semboyan yang biasa digunakan oleh Bung Karno, marilah kita mencoba Think & amp; Re-Think, berfikir dengan cara atau sudut pandang yang lain atau "to think in another manner, in another way” pernyataan beliau tersebut diatas, dimanakah tepatnya “perut buminya bangsa Indonesia” yang dimaksud oleh beliau?

Beliau menyatakan bahwa bukan “pencipta”, melainkan “penggali”. Bila disusun secara logika, beliau mula-mula menggali menemukan merumuskan mengutarakan. Mari telaah kata menggali disini. Dengan apakah dan bagaimana Bung Karno menggali isi jiwa bangsa Indonesia? Hanya sekedar RASIO-kah? Apa hanya dengan membaca, menganalisis, merenungkan bertahun-tahun? Mengingat pada zamannya dijumpai buku-buku dengan beragam bahasa seperti bahasa Barat (Belanda, Perancis, Jerman, dll) atau bahasa Melayu-Jawa Kuno (Kawi) dan Sansekerta, yang sangat sulit dipahami? Akankah semua bacaan itu bisa ditelaah oleh Bung Karno secara tepat, mengingat beliau hanya manusia biasa yang juga punya keterbatasan kemampuan? Lalu bagaimana dengan waktu yang dimiliki Bung Karno mengingat kesibukannya sebagai aktivis dan pejuang kemerdekaan yang kerap dihukum dan diasingkan? Dan kondisi saat beliau hidup dipengasingan, penjara Sukamiskin-Bandung lalu di Ende dan Bengkulu, apakah fasilitas minimal lampu/penerangan bisa membantu Bung Karno dalam membaca dan mencari informasi sebagai dasar lahirnya pemikiran tentang PANCASILA?

Jadi pernyataan bahwa PANCASILA adalah Isi Jiwa bangsa Indonesia benar adanya karena didapat bukan hasil dari Karya, Cipta, Rasa dan hasil Pemikiran seorang Bung Karno, tetapi dari KALBU SANUBARI yang telah berurat akar dalam darah seorang Bung Karno Sang PUTRA BUTON.

Yang dimaksud oleh beliau adalah perut bumi PULAU BUTON, dari negeri inilah sesungguhnya Beliau mendapatkan falsafah hidup (Way Of Life) dari Bangsa Indonesia. Sebelum telaah lebih jauh mengapa DAARIL BUTHUUNII yang dimaksud oleh Beliau sebagai perut bumi bangsa Indonesia, maka kita lihat dari asal usul siapakah Beliau ini.

Dr. Ir. H. Koesno Sosro Soekarno, lahir dari Ibu yang bernama Ida Ayu Nyoman Rai/Sitti Maryam dan Ayah Bung Karno adalah La Ode Muhammad Idris dari Kesultanan Buton, lahir di Buleleng Bali pada 06 Juni 1901. Walaupun fakta sejarah mencatat bila Ayah Bung Karno adalah Raden Sukemi. Bila dijabarkan siapa sebenarnya orangtua biologis Beliau maka didapat fakta sebagai berikut:

Dari pihak Bapak, Bung Karno adalah putra biologis dari La Ode Muhammad Idris/Yarona Imamu Yiambo(Mantan Imam Masjid Agung Keraton Kesulthanan Buton) sementara kakek Beliau adalah Sulthan Buthon XXXII Muhammad Umar Qaimuddin Khalifatul Khamis (Oputa Yi Bariyya, 1887-1904), sementara dari pihak ibu, Ida Ayu Nyoman Rai/ Sitti Maryam adalah putri dari La Jami/ I Nyoman Pasek, yang ternyata kakek dari pihak ibu diketahui masih ada darah Butonnya yaitu Bonto Ogena Yi Gundu-Gundu. Jadi jelas sudah bahwa Bung Karno PUTRA BUTON (Bangsawan Asli) yang juga mengalir darah biru Bangsawan Bali.

Mari kembali pada saat Bung Karno mencetuskan PANCASILA pada sidang BPUKI 29 Mei- 1 Juni 1945, beliau selaku pembicara terakhir dalam pertemuan tersebut mengemukakan lima hal sebagai berikut: Kebangsaan Indonesia; Internasionalisme atau Kemanusiaan; Mufakat atau Demokrasi; Kesejahteraan sosial serta Ketuhanan. Mari kita me Re-Think satu persatu kelima hal yang diungkapkan Bung Karno.

1. KEBANGSAAN INDONESIA (PERSATUAN INDONESIA)
Bangsa, adalah rakyat yang harus dilindungi, dapat dilihat, Bung Karno mengambil prinsip MIA PATAMIANA dan MIA PATAKAOMUNA yang membentuk Bangsa Buton dengan paham kebangsaan “KAMATA MOBHARINA TOO MOSAANGUNA, KAMATA MOSAANGUNA TOO MOBHARINA”(Memandang yang banyak untuk yang satu, dan memandang yang satu untuk yang banyak) Satu Bangsa, Bangsa Buton; Satu Tanah Air, Tanah Wolio; Satu Bahasa, Bahasa Buton/Wolio yang kemudian diaplikasikan menjadi Satu Bangsa, Bangsa Indonesia; Satu Tanah Air, Tanah Air Indonesia; Dan Satu Bahasa, Bahasa Indonesia

2. INTERNASIONALISME ATAU KEMANUSIAAN (KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB)
Sikap saling menghargai, dan hal ini Bung Karno mengadopsi SYARA PATAANGUNA (Empat Pegangan Dasar), BHINCI-BHINCI KULI yang meliputi :
a. POMAA-MAASIAKA(Sikap saling menyayangi dan kasih mengasihi)
b. POANGKA-ANGKATA (Sikap saling menghormati)
c. POPIA-PIARA (Sikap Saling memelihara dan Menjaga)
d. POMAE-MAEKA (Sikap saling segan menyegani dan takut terhadap sesama)

3. MUFAKAT ATAU DEMOKRASI (KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT
KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN)
Azas mufakat dan musyawarah ini mencontoh system yang dilakukan oleh MIA PATAMIANA dan MIA PATAKAOMUNA pada saat pembentukan Kerajaan/Keratuan dan mengangkat WA KAAKAA sebagai RATU/RAJA BUTON pertama, dimana asas musyawarah ini diangkat dari SYARA PATAANGUNA, POANGKA-ANGKATA (Sikap saling menghormati, saling meninggikan derajat sesama)

4. KESEJAHTERAAN SOSIAL (KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA)
Bagi Bung Karno, kesejahteraan diarahkan kepada kehidupan “Gotong Royong”, sementara dalam falsafah Buton ditegaskan sebagai berikut: “ HAKUMU LAE MUNTUMU, PARAULEAMU PARABUATAMU ”(hakmu adalah untukmu, dan perolehanmu adalah hasil perbuatanmu)

5. KETUHANAN (KETUHANAN YANG MAHA ESA)
Kesulthanan Buton dalam menjalankan pemerintahannya telah menerapkan DEMOKRASI KETUHANAN sejak tahun 1311 M yaitu sebagai berikut:

OPUTA (Ketuhanan)
YINDA-YINDAMO SYARA SOMANAMO AGAMA
(Biar Hilang/Tiada Pemerintahan Tetapi Agama Utuh Berjalan)
YINDA-YINDAMO LIPU SOMANAMO SYARA
(Biar Hilang/Tiada Negeri Yang Penting Pemerintahan Tetap Berjalan)
YINDA-YINDAMO KARO SOMANAMO LIPU
(Biar Diri Hilang/Hancur Tetapi Negeri Utuh Dan Jaya)
YINDA-YINDAMO ARATA SOMANAMO KARO
(Biar Harta Hilang Tapi Martabat Diri Tetap Kokoh)

Selain PANCASILA, BHINEKA TUNGGAL IKA ternyata mengambil filosofis Undang-Undang Kesulthanan Buton yaitu, “TONTOMAKA MOBHARINA TOO MOSAANGUNA, TONTOMAKA MOSAANGUNA TOO MOBHARINA, MAKASU INDA APOSAANGU, AMARIDHO INDA AKOOLOTA” ( Menetap Yang Banyak Untuk yang TUNGGAL, menetap yang TUNGGAL untuk yang banyak, Berdekatan tidak bersekutu, berjauhan tidak berjarak”)

Bung Karno menegaskan bahwa Pancasila adalah Isi Jiwa Bangsa Indonesia, Intisari Peradaban Indonesia, Filsafat Bangsa Indonesia, Kepribadian Bangsa Indonesia serta Landasan Kefilsafatan (‘Weltanschauuung’) Bangsa Indonesia, jadi dapat dilihat bahwa dasar Negara kita bukan berdasarkan filsafat individualism seperti Historis –Materialisme milik Marx, Trias Politica milik Montesquieu, Jhon Locke, Roseau, Kant, Hegal dll, sehingga Bung Karno menolak kalau PANCASILA ini adalah “Filsafat Soekarno” atau “PANCASILA Soekarno” seperti nama para pembesar di atas.

Itu karena Bung Karno benar-benar menyatakan bahwa PANCASILA digali dari Bumi Tanah Buton yang keseluruhannya terinspirasi dari sistem Kenegaraan Kesulthanan Buton.
Wahai Saudara-saudara, teman-teman, adik-adikku yang penulis hormati dan sayangi, tidakkah kalian dan kita semua bangga akan tanah BUTON? Tanah leluhur kita ternyata tanah yang menyimpan 1000 misteri, Tanah yang melahirkan para pembesar di setiap zamannya, yang mungkin kita semua akan menjadi pembesar seperti pendahulu kita di masa depan kelak, tidakkah hati tergerak untuk melestarikan apa yang telah dihasilkan oleh para leluhur kita, yang kemudian oleh Bung Karno selaku PUTRA BUTON digunakan sebagai dasar Negara kita yang juga pernah digunakan Leluhur kita untuk tetap Berjaya hingga sekarang?

Marilah kita mulai menanamkan kecintaan akan tanah leluhur kita Tanah Buton, Tanah Air kita Tanah Air Indonesia dengan melahirkan kesadaran kita bahwa PANCASILA harus lebih dihayati dan diamalkan. Di masa lampau Bangsa Buton bersatu padu mempertahankan PANCASILA, dan di masa kini serta masa yang akan datang kita semua terpanggil untuk kembali mengamalkan PANCASILA, MENGGALI kembali PANCASILA dari kalbu kita. Karena Konsep Bernegara Republik Indonesia yaitu PANCASILA dan BHINEKA TUNGGAL IKA telah mendapat pengakuan dimata dunia khususnya oleh Amerika Serikat dan ini dinyatakan langsung oleh Presidennya Barack Husein Obama (yang juga pernah belajar di Indonesia dan pastinya masih terekam dalam memorinya kelima butir/dasar PANCASILA) pada 10 November 2010 lalu dalam Pidatonya saat memberi kuliah Studium General di Universitas Indonesia, bahwa AS kini menganut dan mempraktekkannya.

Negara Adidaya saja mengakui dan mempraktekkan dasar Negara kita, lalu mengapa kita sebagai pemiliknya tidak mengamalkannya??? 
Sekali lagi, amalkanlah, dengan selalu mengobarkan rasa yakni “BANGGALAH SEBAGAI BANGSA BUTON…BANGGALAH SEBAGAI BANGSA INDONESIA, JAYALAH TANAH BUTON, JAYALAH TANAH AIR INDONESIA” !!!

Sebuah Tulisan dalam Rangka Memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2011 dan In Memorian Dr. Ir. H. Koesno Sosro Soekarno (6 Juni 1901 – 20 Juni 1970) Sebagai Putra Buton Pencetus Pancasila.

*) Penulis merupakan Staff Persidangan Sekretariat DPRD Kota Baubau.

Rabu, 25 November 2015

JEJAK PERJALANAN PRAJURIT MAJAPAHIT (PRAJURIT GAJAH MADA) DI PULAU BUTON TAK USAH DIRAGUKAN

OLEH : ALI HABIU


Sebuah Renungan Kelak Akan Menjadi Kenyataan.....

Jejak perjalanan prajurit Majapahit khususnya para pengawal Gajahmada di pulau Buton tak usah lagi diragukan. Banyak etafak dan simbol-simbol sandi khusus yang dibuat oleh para prajurit Majapahit khususnya para pengawal Gajahmada nampak dipelupuk mata. Cobalah perhatikan gambar di bawah ini, nampak etafak dan simbol-simbol sandi yang dibuat khusus sebagai pertanda bahwa di wilayah ini terdapat tempat pendaratan sekaligus tempat peristirahatan terakhir para pengawal Maha Patih Gajahmada sebanyak 40 orang tepatnya di desa Masiri, kampung Mada Kecamatan Batauga pulau Buton. Jejeran Etafak dan simbol sandi ini terdapat di tepi pantai desa Masiri Batauga sepanjang lebih kurang 500 meter.
Postulat, keberadaan simbol-simbol tersebut menunjukkan bahwa sesungguhnya pelarian atau hilangnya Gajahmada setalah berperang mengalahkan lawannya di wilayah sumatera  diketahui oleh petinggi-petinggi tertentu di wilayah kerajaan majapahit. Boleh jadi, Tribuwanatungga dewi dan pengawalnya pernah berkunjung di wilayah desa Masiri ini dalam rangka menjenguk para prajurit setia gajahmada yang notabene juga sebagai pelindung dia semasa menjadi Raja Majapahit.


Jejeran Etafak dan sandi Khusus Majapahit di Pesisir Pantai  Desa Masiri Batauga


Rabu, 14 Oktober 2015

MAKAN TUA DALAM BENTENG TAKIMPO BUKAN MAKAM PRAJURIT GAJAH MADA

OLEH : ALI HABIU


Ketua Umum Lembaga Kabali Indonesia


Pada hri kamis tanggal 13 Oktober 2011 La Ode Muhammad Ali Habiu sebagai ketua umum Lembaga Forum Komunikasi Kabali Indonesia sengaja datang mengunjungi Kota Lama Takimpo dalam rangka pengambilan data dasar (Desk Studi) makam Gajah Mada dan Prajuritnya sejumlah 40 orang yang dipercayai oleh sebagian besar masyarakat Takimpo Pasar Wajo dan sangat disakralkan atau dirahasiakan berada didalam benteng kompleks pemakaman dalam Takimpo Takimpo yang saat gubernur Ali Mazi mendapat penugaran dan/atau pembangunan benteng seluruh area loasi pemakaman tersebut.


LA DJIDU
Menurut La Djidu mantan Imam Mesjid Raya Takimpo setelah penulis mewawancarai mengatakan bahwa pasukan Gajah Mada sejumlah 40 orang setelah tiba di Batauga menghilang dan menuju Takimpo kota lama. Semua pasukan pengikut setia Gajah Mada tersebut menuju Takimpo kota lama atau Lipu Ogena mencari sumur tua bernama sumur Langkuna dan mengadakan rapat disana. Setelah selesai mengadakan rapat di sumur tua tersebut lalu semua prajurit Gajah Mada tersebut berpisah-pisah satu dengan lainnya dan entah kemana perginya. Sebagian masyarakat meyakini bahwa ke 40 orang tersebut bukan berpisah-pisah tetapi dikebumikan dalam satu lubang yang terdapat di dalam benteng Takimpo yang diyakini sebagai makam leluhur mereka yakni Gajah Mada.

LA AISI
Namun demikian dalam kesempatan lainnya penulis melakukan wawancara kepada kepala Parabela Takimpo Lipu Ogena yakni Bapak La Aisi dan beliau mengatakan bahwa penyelesaian yang benar seputar masalah kepercayaan masyarakat Takimpo akan makam leluhurnya Gajah Mada di kawasan benteng kota lama Takimpo harus mampu diselesaikan secara bathin bukan atas tutur sejarah saja. Menurut beliau bahwa setelah mengadakan tapah brata khusus untuk mengetahui siapa sebetulnya yang terdapat dalam makam rahasia yang terdapat dalam benteng desa Takimpo lama Lipu Ogena maka didapatnya bahwa ternyata kepercayaan masyarakat Takimpo atas makam leluhurnya gajah Mada dan/atau prajurit setianya sebanyak 40 orang itu semuanya tidaklah benar. Dia mengatakan demikian sebab dalam pandangan bathin beliau tidak satupun diketemukan adanya mayat yang ditanam dalam lubang yang dirahasiakan di dalam kawasan benteng kota lama Takimpo tersebut. Dan beliau berkesimpulan bahwa makan prajurit setia Gajah Mada yang benar terdapat di Batauga desa Masiri bukan di kota lama Lipu Ogena Takimpo

Pendapat La Aisi ini dibenarkan oleh ketua umum Lembaga Forum Komunikasi Kabali Indonesia sebagai penulis blog ini. Pembenaran ini didasarkan bahwa masyarakat Liya sangat yakin bahwa Gajah Mada Moksa di Liya Wangi-Wangi dalam sebuah gua bernama Gua Mabasa (Gua miliknya orang besar). Dalam pandangan spritual orang-orang Liya mengatakan bahwa Gajah Mada dalam pelariannya dari pulau Sumatera menuju kawasan Timur Indonesia setelah membatu Kerajaan Melayu Pasai dari serangan tentara Mongol langsung menuju ke pulau Wangi-wangi tepatnya mereka menyinggahi pulau Sumanga. Pulau Sumanga tersebut letaknya sebelah timur Keraton Liya dan hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari pulau Oroho yang mana Gua Mabasa terdapat di pulau Oroho tersebut. Pulau Oroho merupakan pulau asal mula pertama orang-orang Liya bermukim yang tak lain adalah kumpulan komunitas para bajak laut campuran antara Filiphina, Tobelo, Papua, Bonerate, Bima dan Maluku serta sebagian prajurit Putri Khan asal Mongol-Tibet (invansi dari Kamaru). Semenara di Liya sendiri sudah ada Keraton dengan Benteng yang begitu megah dengan Raja yang berkuasa diperkirakan dari orang-orang jawa keturunan Wangsa Rajasa. Dulunya pulau Oroho ini adalah diyakini sebagai daerah tempatnya orang-orang berani yang sering melakukan tapah brata.
Pasukan setia Gajah Mada sebanyak 40 orang ditemani 3 orang teliksandinya serta Gajah Mada sempat bermukim di pulau Sumanga untuk beberapa saat. dan berhubung karena ada isyarat bathin bahwa mereka dikejar oleh pasukan khusus Raja Hayam Wuruk untuk membunuh Gajah Mada maka diputuskan untuk memisahkan diri yakni Gajah Mada bersembunyi di pulau Oroho dan pasukan setianya sejumlah 40 orang dan 3 orang teliksandinya berangkat menuju Pasar Wajo karena hanya Pasar Wajo ini merupakan jarak terdekat dari pulau Wangi-Wangi. Sesampainya di teluk Pasar Wajo ternyata di bagian barat ada daratan tinggi yang dinamakan Takimpo Lipu Ogena dan disinilah pasukan setia Gajah Mada sejumlah 40 orang serta 3 orang telik sandinya mengatur siasat perang  dan bermukim untukk beberapa saat.
Supaya mereka terkesan sudah meninggal semuanya perajurit setia Gajah Mada tersebut maka dibuatnya kisah rahasia kepada masyarakat lokal saat itu yang dipimpin oleh mia patamiana takimpo (4 orang pemuka adat Takimpo) seolah-olah 40 orang pasukan inti Gajah Mada tersebut telah wafat di lokasi ini dan dikebumikan dalam satu lubang. Setelah itu mereka berangkat menuju arah barat berjalan di atas dataran timggi atau pebukitan menuju gunung Balawa dan disana juga membuat strategi demikian dan terakhir dalam perjalan pelariannya singgah di desa Masiri Batauga. Disinilah 40 orang prajurit setia Gajah Mada di makamkan dalam satu lubang yang terdapat di atas dataran tinggi setalah sebelumnya selama 40 hari 40 malam secara terus-menerus mereka melantungkan gendang kebesaran puji-pujian maha patih Gajah Mada dimana setelah semua tidak lagi bergerak dan lemas ditimbunnya oleh masyarakat setempat sesuai dengan titah amanah 40 orang prajurit setia Gajah Mada tersebut.

Pintu Gemrbang Utama Benteng Takimpo


Salah Satu Pintua Bagian Barat


 Salah satu Makam Mia Patamiana Takimpo
Yang saat ini Sangat Keramat


Setelah penulis tiba di Benteng Kota lama Lipu Ogena Takimpo lansung menuju Baruga untuk melakukan tirakat mengingat semua hasil wawancara tersebut di atas dari ke dua orang tersebut enggang untuk memberikan data lengkap dimana sebetulnya letak kuburan atau Makam Prajurit Gajah Mada di dalam lokasi benteng Kota lama Lipu Ogena Takimpo tersebut. Setelah beberapa saat alhamdulillah penulis mendapat petunjuk Allah SWT dan pertama langsung menuju kuburan panjang yang terdapat di depan Baruga atau mesjid dalam kompleks benteng kota lama Lipu Ogena Takimpo tersebut dan langsung masuk ke dalam kuburan itu dan membangunkannya melalui median spritual. Ternyata yang diketemukan bukan mayat tetapi hanya 1 buah tombak prajurit Gajah Mada yang sengaja di tanam secara simbolis rahasia untuk mengelabui musuh-musuhnya atau pasukan Hayam Wuruk yang sedang mengejar mereka. Setelah itu penulis langsung naik ke Lawa pintu utama benteng kota lama Lipu Ogena Takimpo dan disini ditemui 3 orang sedang berbincang-bincang sesuatu.

 Makam depan Baruga Dalam Kawasan Benteng Takimpo



Baruga Dalam Benteng Takimpo Dibawahnya di Yakini
Sebagai Makam 40 Org Prajurit Setia Gajah Mada


Makam 40 Orang Perajurit Setua Gajah Mada
Dibawah Bangunan Baruga ini sangat diyakini
Oleh Masyarakat Takimpo


Ibu yang satunya sedang menumbuk sirih+pinang+gambir+kapur sirih untuk bahan kunyah atau menyirih dan dua orang lainnya sedang menunggu petunjuk ghaib atas sesuatu keperluan dengan ibu tadi. Tanpa disengaja Bapak yang satunya mengucapkan bahwa yang bapak cari makam 40 orang prajurit setia Gajah Mada ada di bawah bangunan Baruga itu, sengaja dibuat demikian untuk disembunyikan. Pada kesempatan itu saya langsung membuat pinangan dan menyampaikan kepada Bapak itu untuk temani saya. Semula Bapak itu takut tapi Ibu ini yang ternyata orang karamah (orang punya kelebihan bathin) menyampaikan kepada tersebut bahwa ikuti kata Bapak ini (maksudnya saya) apa yang dikatakan Bapak itu banar tak salah sebab Bapak ini punya teropong ghaib. Alhamdulillah seketika kami pamit dan turun kembali menuju Baruga dan setibanya disana langsung masuk kebawah kolong Baruga yang terdapat dalam benteng Lipu Ogena Takimpo lama. Setelah masuk langsung penulis menaruh toba (sesajen yang telah disiapkan tadi) di atas sebuah batu besar yang terdapat dibagian utara ditengah-tengahnya bawah lantai Baruga tersebut dan kemudian membuka kunci kuburan membangunkan arwah yang telah diyakini ditanam di tempat itu dengan melakukan dialog metafisis. Ternyata yang diketemukan hanya 1 buah topi prajurit Gajah Mada dan separangkat peralatan perang berupa baju dan perkakas lainnya yang sengaja  ditanam oleh para prajurit setia Gajah Mada untuk mengelabui lawan atau pasukan Hayam Wuruk yang sedang mencarinya. Dalam dialog metafisis di lokasi ini mereka mengatakan bahwa makamnya para perajurit itu ada di Batauga. Orang tua ini terkejut dan terkesimah sangat yakin apa yang penulis katakan sebab mata bathinnya juga tembus dan mengatakan demikian itu. Ternyata kisah-kisah sejarah peradaban masa lalu di wilayah Lipu Ogena Takimpo ini penuh dengan rahasia dan politik. *****

Sabtu, 01 November 2014

ASAL MULA TERJADINYA PULAU BUTON

OLEH : ALI HABIU

Berdasarkan Risalah RabbiKU Nomor : 0,1,2,3 "Onemillion Phenomena" oleh Fahmi Basya, edisi syawal 1404 hijriah atau tahun 1983 masehi. Dalam risalah ini dikisahkan asal mula terjadinya pulau Buton adalah akibat dari pergerakan lempeng kulit bumi poros Ka'bah-Thuur. Dataran arabia adalah merupakan kecepatan awal pergerakan kulit bumi mengarah ke timur laut Sulawesi. Pulau Sulawesi diambil sebagai standar, mengingat Sulawesi berada ditengah-tengah antara Mekka (dataran arab) dengan pulau Toamoto (dalam al-qur'an disebut Thuur) yang berada di laut Pasifik Selatan 180 derajat dari Ka'bah. Dan tepatnya adalah sekitar pulau Buton di Sulawesi Tenggara. Perlu diketahui bahwa kecepatan awal hanya sama pada radius-radius yang sama, sehingga kecepatan awal terbesar terdapat pada daerah Equator ketika Ka'bah-Thuur sebagai sumbu bumi. Semakin dekat pada kedua kutub, gerak sisa akan semakin kecil.  Oleh sebab itu di Pasifik cenderung untuk menjadi satu lempeng Tektonik yang berputar dengan pusat Toamoto. Demikian juga lempeng Tektonik Arabia cenderung untuk berputar ditempat dengan pusat Ka'bah, sehingga ia menyebabkan Laut Kaspia bertambah besar. Sedangkan gerak lempeng Tektonik Pasifik menyebabkan danau-danau di San Pransisco seperti permen karet ditarik, karena lempeng Amerika telah berada di atas lempeng Tektonik Pasifik. Gerak sisa pada kulit bumi dari poros artik-antartik adalah kecepatan akhir yang mengarah ke barat Sulawesi. Resultanta antara kecepatan awal dan kecepatan akhir adalah kecepatan tujuan yang mengarah ke Barat Laut. Dan perlu diketahui bahwa besar kecepatan tujuan dan arahnya berbeda-beda sesuai dengan seperangkat kecepatan akhir dan kecepatan awal serta arahnya.  Sehingga dipermukaan bumi berbagai kecepatan gerak lempeng Tektonik yang saling menjauh, saling mendekat, saling bergeseran hingga membentuk gunung, bukit, daerah retak, lembah, danau dan lain-lain. Pada daerah sekitar Sulawesi, gaya kecepatan awal dan kecepatan tujuan itu terlihat jelas. Akibat kecepatan tujuan, Sulawesi bergerak menjauhi tenggara. Bentuk pulau inipun masih memperlihatkan bentuk bongkok akibat dari menjauhi pulau Buton.  Buton berasal dari bahasa Arab "Buthuun" yang berarti "Perut-Perut". Kalau pulau Buton ini diistilahkan oleh Rasulullah Muhammad SAW sebagai "Al-Bathniy" atau "hurup Mim" pada pusat (perut) manusia, maka timbul pertanyaan ; Apa hubungannya Laut Kaspia dengan pulau Buton?

Peta Laut Kaspia di Arabia

 
 Bila kita membuka peta bumi (world map), perhatikan laut kaspia di dataran Arabia, relief dan struktur morfologisnya hampir sama dengan pulau Buton. 
Oleh karena itu, apakah secara ilmiah memang ada hubungan geologis antara pulau Buton dengan Laut Kaspia yang terdapat di dataran Arab?.  Para peneliti geologi dari Guelph University Toronto Canada sekitar tahun 1993 lalu telah melakukan penelitian struktur batuan yang terdapat di pulau Buton. 

 Hasil penelitian disimpulkan bahwa struktur batuan pulau Buton sama dengan yang terdapat di dataran Arab dengan usia sekitar 138 juta tahun.  Masih diperlukan studi lebih lanjut oleh para ilmuwan untuk menguak tabir ini sehingga Bangsa Arab tau bahwa ada bagian mereka yang hilang dan yang hilang itu ada di pulau Buton. Demikian pula untuk pulau Muna, reliefnya hampir sama dengan Laut Hitam dan usia batuannya diperkirakan 143 juta tahun lebih tua dari pulau buton.****

LUBANG GHAIB TEMBUS KA'BAH BAITULLAH ADA DI PULAU BUTON


 OLEH  ALI HABIU


Dalam Buku Tambaga/Perak berjudul "Assajaru Huliqa Daarul Bathniy Wa Daarul Munajat" Oleh Laode Muhammad Ahmadi, mengatakan bahwa dua puluh tahun sebelum wafatnya Nabi Muhammad SAW kira-kira tahun 624 Masehi, ketika beliau berada di Madinah dan berkumpul dengan para sahabat dan terdengarlah dua kali demtuman bunyi begitu keras, ketika itu pula Rasulullah Muhammad SAW  mengutus Abdul Gafur dan Abdul Syukur yang keduanya merupakan kerabat dekat Nabi Besar Muhammad SAW  untuk mencari pulau Buton (Al-Bathniy), diapun melanglang buana mencarinya hingga menelan lamanya waktu pencarian hingga 60 tahun yakni sampai tahun 684 Masehi di kawasan Asia Tenggara. Nanti kemudian setelah melewati selat pulau Buton sesudah waktu shalat Magrib barulah dia mendengar suara azan persis sama dengan suara azan yang dikumandankan di Masjidil Haram Mekkah sewaktu tiba shalat zhuhur, maka diapun turun dari kapalnya lalu mencari sumber suara azan tersebut.  Ternyata suara azan tersebut adalah dikumandankan oleh Husein yang tak lain ialah kerabat dekatnya sendiri yang dilihatnya muncul dari sebuah lubang ghaib berbentuk kelamin perempuan terdapat di atas bukit. Lubang ghaib ini tembus ke Ka'bah Baitullah Mekkah. Didepan lubang ghaib inilah Abdul Gafur meneteskan air matanya merenungkan kebesaran Allah SWT, seraya mengingat kembali pesan Rasulullah Muhammad SAW sebelum tinggalkan Madina, bahwa isyarat tanda inilah telah menunjukkan disitulah terdapat pulau Al-Bathniy yang dicarinya. Didepan lubang ghaib inilah Abdul Gafur bisa melihat secara kasaf mata semua yang terjadi di Masjidil Haram Mekkah, termasuk juga orang yang sedang melakukan azan ketika itu dan diapun mengenal orang tersebut yang tak lain adalah sanak keluarganya sendiri bernama Zubair. Pada Zaman Kerajaan Wa Kaa Kaa atau nama aslinya Mussarafatul Izzati Al fakhriy yang terjadi pada Abad XIII yang pusat Kerajaannya di bukit dekat lubang ghaib tersebut. Pusat lubang ghaib itu berada di wilayah pusat Kerajaan Wa Ka kaa (sekarang Keraton Buton)  disucikan dan dipeliharan dengan baik yang kemudian dijadiakan tempat sakral untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk ghaib atas kehendak Allah SWT. Ketika berselang masuknya ajaran Islam di pulau Buton pada Abad XV yang dibawah oleh Sjech Abdul Wahid, maka pemerintahan sistem Kerajaan sudah berubah menjadi pemerintahan sistem Kesultanan dengan sultan pertama Buton bernama Murhum. Maka ketika itu dibangunlah mesjid Keraton Buton yang mana pusat lubang ghaib tersebut diletakkan di tengah-tengah dalam ruang mihrab Imam Mesjid Keraton Buton tempat Imam mesjid memimpin shalat.  sang Imam mesjid Keratonpun pada zamannya ketika memimpin shalat lima waktu bisa secara ghaib melihat kejadian di Masjidil Haram Mekkah seolah-olah dia sedang berada memimpin shalat disana, sehingga menambah makin khusu'nya sang Imam tersebut dalam memimpin shalat berjamaah di Mesjid Keraton Buton   Bukan itu saja, Sultan Buton dan para Sara pemerintahan Sultan Buton apabila ada keperluan dalam kepemerintahannya serta mau melihat keadaan perkembangan bangsa-bangsa di dunia atau apa saja, maka dapat mengunjungi lubang ghaib tersebut yang selanjutnya di lubang ghaib tersebut akan muncul keajaiban atas kehendak Allah SWT guna mengatasi segala permasalahan yang ada.  Sejak akhir tahun 1970-an, lubang ghaib yang terdapat di mihrab Imam Mesjid Keraton itu telah ditutup rapat dengan semen.  Hal ini dilakukan oleh para tokoh adat Keraton mengingat masyarakat umum sudah banyak yang menyalahgunakan lubang ghaib ini yang dikuatirkan bisa menduakan Tuhan YME atau murtad. Selain itu juga sebelum ditutupnya lubang ghaib tersebut terjadi kejadian histeris seorang mahasiswa yang berkunjung ke lubang ghaib ini karena disini dia melihat kedua orang tuanya yang sudah meninggal yang disayanginya. Dalam mihrab Imam mesjid Keraton tersebut dibagian atas dari letak lubang ghaib tersebut terdapat dua gundukan mirip buah dada perempuan gadis. Kedua gundukan tersebut ketika Imam mesjid Keraton Buton melakukan sijud shalat, maka ketika sujud dia memegang kedua gundukan mirip buah dada perempuan itu, sedang lubang ghaib berada dibagian bawa pusarnya atau berada disekitar arah kelamin sang Imam tersebut.  Lain halnya lubang ghaib yang terdapat di pulau Wangi-Wangi di bagian timur pulau Buton, tepatnya di desa Liya Togo letaknya 30 meter dibelakang mesjid Keraton Liya. Pada zamannya lubang ghaib ini juga dipelihara oleh Raja atau Sara Liya mengingat banyaknya keajaiban yang dapat dilihat dilubang ghaib tersebut. 


Lubang Ghaib

Lubang ghaib yang tembus ke Ka'bah Mekkah yang terdapat di Liya Togo ini sengaja tidak diletakkan di dalam mesjid Keraton Liya sebagaimana yang terdapat di mihrab mesjid Keraton Buton sebab tidak boleh dilakukan sama. Sultan Buton apabila mengunjungi Keraton Liya setelah melakukan shalat di mesjid Keraton Liya, selanjutnya sang Sultan langsung mengunjungi lubang ghaib tersebut lalu memohon kepada Allah SWT untuk dapat melihat seluruh keadaan dan kejadian pemerintahannya sehingga dia dapat melihat secara ghaib untuk menjadi kewaspadaan Sultan.  Kedua lubang ghaib tersebut saat ini secara spritual sudah tidak terpelihara lagi sehingga kini tinggal kenangan saja. Hanya dengan penegakan kembali sistem peradaban hakiki Islam dan penegakan Sara Agama pada masing-masing wilayah barulah mungkin rahasia lubang ghaib itu bisa berfungsi kembali atas izin Allah SWT.  Diperkirakan lubang ghaib serupa ini juga terdapat satu buah di Serambih Aceh Sumatera Utara pintu masuk pertamanya Islam di Indonesia. Sehingga di Indonesia terdapat 3 buah lubang ghaib yang dibentuk oleh alam atas kehendak sang halik. Berdasarkan petunjuk spritual di dunia ini terdapat 5 buah lubang ghaib tembus ke Ka'bah Baitullah Mekkah, 2 di antaranya terdapat di dataran Cina dan dataran Eropah Barat. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguak kisah ini secara ilmiah oleh para ilmuwan dunia sehingga dapat ditarik manfaatnya untuk perbaikan kualitas hidup dan kehidupan manusia dalam penegakan Iman dan Keyakinan kepada Tuhan YME serta pembenaran perkembangan kemajuan peradaban manusia di muka bumi ini.

KERAJAAN PERTAMA KALI di PULAU BUTON TERDAPAT DI KAMARU PADA ABAD KE IX SEBELUM MASEHI BUKAN DI WOLIO


OLEH : ALI HABIU

Asal mula kerajaan pertama kali di pulau Buton di perkirakan mulai terjadi pada abad IX SM dan hal ini terjadi di desa Kamaru kecamatan Lasalimu. Raja pertama ini bernama Putri Khan asal negeri Tibet-Mongolia-Tar-Tar dari keturunan baginda Sayidina Ali bin Abithalib yang ketika itu mendapat perintah spritual untuk mencari pulau Buton. Putri Khan merupakan permaisuri dari kerajaan asalnya yang berdasarkan perintah spritual tersebut dia  datang mencari pulau Buton dengan membawa pasukan sebanya 299 orang  dengan  menumpang sebanyak 9 Armada kapal perang berlayar.  Pelayaranpun dilakukan berbulan-bulan hingga mendapatkan pulau Buton. Ketika pertama kali pulau Buton ditemukan langsung rombongan armada kapal masuk selat Kamaru dan berlabuh di desa Kamaru pulau Buton. Putri Khan mulai pertama masuk pada pulau Buton melalui selat Kamaru dan berlabuh di perairan Kamaru. Setelah tiba di pulau Buton tepatnya di desa Kamaru, dia selanjutnya  mencari daerah strategis yang cukup aman dari serangan musuh. Maka dipilihnya gunung Ba'ana Meja yang kira-kira berjarak kurang lebih 1.000 meter dari bandar Kamaru.  Gunung ini merupakan gugusan pegunungan yang relatif tinggi dengan ketinggian lebih kurang  170 meter dari permukaan laut. Maka diputuskanlah untuk membuat istana kerajaannya di atas gunung ini yakni di puncak gunung Ba'ana Meja Kamaru.  Di puncak gunung Ba'ana Meja inilah memiliki tanah yang datar dengan luas kurang lebih 50 m2 yang relatif cukup baik untuk mendirikan istana permaisuri. Istana kerajaan pertama di pulau Buton ini dibangun di atas puncak gunung dengan ketingggian sekitar 170 meter dari permukaan laut dimana bangunan istana bersebelahan dengan pohon asam yang saat ini sudah punah tinggal bekas-bekasnya dan diperkirakan berdiameter 3 meter.  Sepanjang lingkup gunung Ba'ana Meja ini mulai dari kaki sampai puncak gunung lerengnya di timbuni oleh kulit kerang laut dengan ketebalan hingga 1-2 meter. dari sinilah asal mula dimulainya perkembangan manusia-manusia di pulau Buton dan membangun kerajaan-kerajaan kecil hingga memiliki lebih kurang 5 (lima) kerajaan di wilayah ini. Putri Khan inilah merupakan asal mula manusia pertama secara komunitas membentuk suatu kerajaan dan berkembang biak secara turun temurun di pulau Buton sampai menjadikan kisah hubungan Togo Motonu di Malaoge Lasalimu yang ada relevansi secara vertikal baik patrimonial dan matrimonial dengan Sawerigading di Luwu  Sulawesi Selatan.  Bukti-bukti secara artifak-arkiologis telah dibawah oleh penulis berupa satu buah slop (sandal) kaki kiri milik Putri Khan. Dan kisah ini merupakan hasil penuturan Putri Khan kepada penulis secara ghaib melalui dialogi bathin alam maya atau dalam istilah populer sering dikenal dengan dialog metafisis.  Pada saat penulis melakukan dialog  metafisis pada waktu itu turut disaksikan oleh 2 orang parabela orang keramat penjaga Batu Ba'ana Meja dan hal ini terjadi pada tahun 2002 lalu. Batu Ba'ana Meja adalah batu berwarna hitam pekat berdiameter 0,50 m2 dan 1 m2 yang merupakan meja tempat kerja  atau meja makan Sang Putri  Khan. Sejak tahun 1970-an sudah sering kali terjadi bila seseorang pengunjung ke gunung ini yang tidak percaya adanya kekuatan ghaib dari  batu Ba'ana meja ini, lalu dia  membuang batu Ba'ana Meja tersebut ke bawa gunung atau dibawa pulang ke rumahnya, namun kuasa Allah SWT, kejadian ghaibpun muncul, sebab keesokan harinya batu itu kembali lagi ketempat semula seolah-olah tak terjadi sesuatu apapun. para ahli penulisan sejarah Buton hingga saat ini belum pernah dijumpai naskah secara resmi yang mengemukakan pengakuan atas adanya eksistensi kerajaan-kerajaan kecil yang terjadi di Kamaru dan sekitarnya (Lasalimu-Tira-Tira-Wasuemba-Lawele) sehingga masyarakat Buton juga hingga sekarang ini masih bingung sebetulnya kerajaan-kerajaan apa saja yang terdapat di Kamaru dan sekitarnya pada zamannya, ada berapa keraajaan yang berlansung disana dan apa hubungan kerajaan-kerajaan ini dengan kedatangan orang-orang sakti ke pulau Buton yang juga mendapat perintah spritual termasuk didalamnya mengapa Raden Wijaya sebagai Raja Mataram dan terakhir sebagai Raja Majapahit mau memerintahkan 3 orang anak kesayangannya yakni Raden Sibatara, Raden Jutubun dan Putri Lailan Manggrani untuk mencari pulau Buton dan membuat bandar disana. Secara hipotesis, menunjukkan bahwa ada kaitan secara linier baik patrimonial maupun matrimonial antara kerajaan-kerajaan kecil yang terdapat di Kamaru dan sekitarnya dengan kerajaan Mataram? Oleh karena itu berhubung kompleksnya eksistensi sejarah yang didudukkan oleh putri Khan di Kamaru dan sekitarnya ini mana sudah saatnya para peneliti sejarah untuk mengusut masalah ini sehingga masyarakat Buton dapat mengetahui hubungan-hubungan kekuasaan termasuk keturunan antara Raja pertama di Lasalimu yakni putri Khan dengan para raja-raja di pulau Jawa dan Sumatera termasuk Johor.
Dalam kaitan ini sudah saatnya para antropolog dan para arkiolog putra daerah Buton kerja sama dengan para ilmuwan dunia; untuk melakukan penelitian ilmiah dalam menyikapi kisah ini secara menyeluruh. Apa sebetulnya misi utama Putri Khan ke negeri ini?. Benarkah dia (Putri Khan) dan rombongannya para prajurit sebanyak 299 orang itu merupakan manusia pertama yang mendiami pulau Buton atau manusia kedua yang datang menginjakkan kaki di pulau Buton ? Apakah misi utama Putri Khan ada hubungannya dengan rahasia alam yang terkandung dalam pulau Buton?. Apakah masih ada hubungannya dengan Al-Bathniy sebagaimana yang diamanahkan oleh Rasulullah Nabi Besar Muhammad SAW?. Atau apakah ada hubungannya dengan perlindungan Potensi Sumber Daya Alam yang saat ini serba gaib di daerah ini?. Wallahu a'alam bisshabab.