Seperti telah dikisahkan sebelumnya bahwa Raja Pertama di pulau Buton terjadi pada Abad IX Masehi dengan nama Rajanya adalah Putri Khan asal Tibet daerah Tar-Tar dari keturunan langsung Sayidina Ali bin Abithalib. Dia beserta rombongannnya berangkat mencari pulau Buton dengan membawa kapal perang sebanyak 9 buah dengan pasukan prajurit sebanyak 299 orang. Setelah pulau Buton diketemukan di bagian timur, dia membuat pusat kerajaan bertempat di atas gunung Ba'ana Meja Kamaru. (sumber: hasil konsultasi metafisis religius antara penulis dengan Putri Kan tahun 2002 di atas gunung Ba'ana Meja Kamaru). Namun kemudian muncul versi sejarah lain yang tersurat yakni dikisahkan dalam buku perak/tembaga yang berjudul "Assajaru Daarul bathniy Wa Daarul Munajat" dengan penulisnya Laode Muhammad Ahmadi dkk, yakni diterangkan bahwa pada Abad XIII Masehi terdapat Raja Pertama di pulau Buton dengan nama Raja Putri Musarafatul Izzati Al Fakhriy (Wa Kaa Kaa). Putri ini mempunyai silsilah keturunan, dengan mulai dari yahandanya yakni Abdullah Badiy Uz Zaman bin Abubakar bin Muhammad Said Salim bin Muhammad Ali Ridha bin Muhammad Musa Ali bin Muhammad Ali Zainal Abidin bin Ali Husein bin Sayidina Ali bin Abithalib yang memperistrikan putri Nabi Besar Muhammad SAW bernama Az Zahra dari istrinya Sitti A'isah. Kemudian dari garis keturunan Ibundanya bernama Rabbihatum dari nasab bersambung dengan Abdul Syukur dimana beliaua adalah sepupuh satu kali dengan Rasulullah Muhammad SAW dari baniy Hasyim. Abdul Syukur inilah bersama Abdul gafur yang pertama tama kali mendapatkan pulau Buton sesuai perintah Rasulullah Muhammad SAW untuk mencari pulau Buton pada 624 Masehi. Bila ditinjau secara patrimonial maupun matrimonial ternyata kedua putri ini yakni Putri Khan dan Putri Musarafatul Izzati Al Fakhriy rupanya sama sama berasal dari keturunan Sayidina Ali bin Abithalib. Hanya saja masing-masing kedatangan kedua putri tersebut ke pulau Buton didasarkan pada kisah yang berbeda. Kalau Putri Khan datang ke pulau Buton yakni atas perintah bathin atau spritual untuk mencari pulau Buton untuk sesuatu tugas tertentu dalam mengamankan pulau Buton dari sesuatu yang belum jelas, namun kedatangan Putri Masarafatul Izzati Al Fakhriy ke pulau Buton didasarkan atas pelariannya dari negeri Madina karena ada sesuatu yang dia tidak sukai. Mulau-mula Putri Masarafatul Izzati Al Fakhriy tinggalkan Madina Persia menuju Istana Pasai akibat tidak maunya sang putri dilamar untuk dinikai oleh Baidul Hasan yang tak lain adalah putra mahkota Raja Persia bernama Urugan bin Hulaqun. Pada tahun 1298 Masehi Raja Persia Muhammad Ali Idrus, ditemani Khun Khan Ching seorang Cina Islam dari Hoe-Hoe daerah Tar-Tar serta Panglima perang Kaisar Tiongkok bernama Kubilaikhan dan Sang Ria Rana seorang musafir sakti beserta 40 (empat puluh) kepala keluarga berangkat berlayar menuinggalkan Pasai dengan menumpangi Kapal bernama Magela Hein's menuju arah tanpa tujuan. Berkat kesaktian mereka dan izin Allah SWT akhirnya dalam perjalanan yang cukup panjang melelahkan, terdamparlah di pulau Buton. Sehingga pada hakekatnya kedua Putri asal garis keturunan Sayidina Ali bin Abithalib tersebut sama-sama bermukim di pulau Buton dengan waktu tahun pemukiman yang berbeda guna mengembangkan keturunannya disana. Belum ada sejarah spesifik asal pulau Buton yang mengkisahkan kedua putri ini secara berbeda, oleh karena itu masih diperlukan penelitian lebih lanjut secara ilmiah oleh para ilmuwan dunia; sebetulnya mengapa mesti keturunan Sayidina Ali bin Abithalib dan keturunan Nabi Besar Muhammad SAW yang menjadi Raja di pulau Buton?. Apa saja tugas-tugas utama secara rahasiakedua keturunan tersebut dalam melindungi eksistensi pulau Buton?. Apakah kedatangan kedua keturunan Sayidina Ali bin Abitalib dan Nabi Besar Muhammad SAW tersebut dalam rangka mengembangkan ajaran hakiki Rasulullah Muhammad SAW di negeri ini?. Sebagaimana sabda Rasululah Muhammad SAW berbunyi (dikutif dari buku Assajaru Daarul Bathniy Wa Daarul unajat) : Menurut Hakekat Rahasia Keyakinan Hatiku Kedua Negeri Tersebut Kunamai Al-Bathniy dan Al Munajat). Dalam Hadist Rasulullah Muhammad SAW berbunyi : "WAL BATHNIY KALMIYMITS TSAANI ALAA SUURATI MUHAMMAD". Artinya Bathniy adalah Negeri Buton huruf MIM kedua dari rangkaian namaku Muhammad dan kutamsil ibaratkan sebagai PerutKU. Penelitian ini amat diperlukan guna menyikapi sebetulnya apa hubungan emosional antara ajaran Rasulullah Muhammad SAW yang diajarkan di Mekkah dan Madina dengan ajaran Islam yang dikembangkan di pulau Buton untuk keperluan pengembangan ajaran Islam dikemudian hari. Namun bukan itu saja yang menarik, yang paling penting untuk diteliti lebih lanjut secara arkiologis dan antropologis budaya adalah sebetulnya siapakah Raja pertama yang bermukim dan memerintah di pulau Buton; apakah Putri Khan atau Wa Kaa Kaa (Murarafatul Izzati Al Fikhriy)?!