OLEH : ALI HABIU
Pada hri kamis tanggal 13 Oktober 2011 La Ode Muhammad Ali Habiu sebagai ketua umum Lembaga Forum Komunikasi Kabali Indonesia sengaja datang mengunjungi Kota Lama Takimpo dalam rangka pengambilan data dasar (Desk Studi) makam Gajah Mada dan Prajuritnya sejumlah 40 orang yang dipercayai oleh sebagian besar masyarakat Takimpo Pasar Wajo dan sangat disakralkan atau dirahasiakan berada didalam benteng kompleks pemakaman dalam Takimpo Takimpo yang saat gubernur Ali Mazi mendapat penugaran dan/atau pembangunan benteng seluruh area loasi pemakaman tersebut.
LA DJIDU
Menurut La Djidu mantan Imam Mesjid Raya Takimpo setelah penulis mewawancarai mengatakan bahwa pasukan Gajah Mada sejumlah 40 orang setelah tiba di Batauga menghilang dan menuju Takimpo kota lama. Semua pasukan pengikut setia Gajah Mada tersebut menuju Takimpo kota lama atau Lipu Ogena mencari sumur tua bernama sumur Langkuna dan mengadakan rapat disana. Setelah selesai mengadakan rapat di sumur tua tersebut lalu semua prajurit Gajah Mada tersebut berpisah-pisah satu dengan lainnya dan entah kemana perginya. Sebagian masyarakat meyakini bahwa ke 40 orang tersebut bukan berpisah-pisah tetapi dikebumikan dalam satu lubang yang terdapat di dalam benteng Takimpo yang diyakini sebagai makam leluhur mereka yakni Gajah Mada.
LA AISI
Namun demikian dalam kesempatan lainnya penulis melakukan wawancara kepada kepala Parabela Takimpo Lipu Ogena yakni Bapak La Aisi dan beliau mengatakan bahwa penyelesaian yang benar seputar masalah kepercayaan masyarakat Takimpo akan makam leluhurnya Gajah Mada di kawasan benteng kota lama Takimpo harus mampu diselesaikan secara bathin bukan atas tutur sejarah saja. Menurut beliau bahwa setelah mengadakan tapah brata khusus untuk mengetahui siapa sebetulnya yang terdapat dalam makam rahasia yang terdapat dalam benteng desa Takimpo lama Lipu Ogena maka didapatnya bahwa ternyata kepercayaan masyarakat Takimpo atas makam leluhurnya gajah Mada dan/atau prajurit setianya sebanyak 40 orang itu semuanya tidaklah benar. Dia mengatakan demikian sebab dalam pandangan bathin beliau tidak satupun diketemukan adanya mayat yang ditanam dalam lubang yang dirahasiakan di dalam kawasan benteng kota lama Takimpo tersebut. Dan beliau berkesimpulan bahwa makan prajurit setia Gajah Mada yang benar terdapat di Batauga desa Masiri bukan di kota lama Lipu Ogena Takimpo
Pendapat La Aisi ini dibenarkan oleh ketua umum Lembaga Forum Komunikasi Kabali Indonesia sebagai penulis blog ini. Pembenaran ini didasarkan bahwa masyarakat Liya sangat yakin bahwa Gajah Mada Moksa di Liya Wangi-Wangi dalam sebuah gua bernama Gua Mabasa (Gua miliknya orang besar). Dalam pandangan spritual orang-orang Liya mengatakan bahwa Gajah Mada dalam pelariannya dari pulau Sumatera menuju kawasan Timur Indonesia setelah membatu Kerajaan Melayu Pasai dari serangan tentara Mongol langsung menuju ke pulau Wangi-wangi tepatnya mereka menyinggahi pulau Sumanga. Pulau Sumanga tersebut letaknya sebelah timur Keraton Liya dan hanya berjarak sekitar 3 kilometer dari pulau Oroho yang mana Gua Mabasa terdapat di pulau Oroho tersebut. Pulau Oroho merupakan pulau asal mula pertama orang-orang Liya bermukim yang tak lain adalah kumpulan komunitas para bajak laut campuran antara Filiphina, Tobelo, Papua, Bonerate, Bima dan Maluku serta sebagian prajurit Putri Khan asal Mongol-Tibet (invansi dari Kamaru). Semenara di Liya sendiri sudah ada Keraton dengan Benteng yang begitu megah dengan Raja yang berkuasa diperkirakan dari orang-orang jawa keturunan Wangsa Rajasa. Dulunya pulau Oroho ini adalah diyakini sebagai daerah tempatnya orang-orang berani yang sering melakukan tapah brata.
Pasukan setia Gajah Mada sebanyak 40 orang ditemani 3 orang teliksandinya serta Gajah Mada sempat bermukim di pulau Sumanga untuk beberapa saat. dan berhubung karena ada isyarat bathin bahwa mereka dikejar oleh pasukan khusus Raja Hayam Wuruk untuk membunuh Gajah Mada maka diputuskan untuk memisahkan diri yakni Gajah Mada bersembunyi di pulau Oroho dan pasukan setianya sejumlah 40 orang dan 3 orang teliksandinya berangkat menuju Pasar Wajo karena hanya Pasar Wajo ini merupakan jarak terdekat dari pulau Wangi-Wangi. Sesampainya di teluk Pasar Wajo ternyata di bagian barat ada daratan tinggi yang dinamakan Takimpo Lipu Ogena dan disinilah pasukan setia Gajah Mada sejumlah 40 orang serta 3 orang telik sandinya mengatur siasat perang dan bermukim untukk beberapa saat.
Supaya mereka terkesan sudah meninggal semuanya perajurit setia Gajah Mada tersebut maka dibuatnya kisah rahasia kepada masyarakat lokal saat itu yang dipimpin oleh mia patamiana takimpo (4 orang pemuka adat Takimpo) seolah-olah 40 orang pasukan inti Gajah Mada tersebut telah wafat di lokasi ini dan dikebumikan dalam satu lubang. Setelah itu mereka berangkat menuju arah barat berjalan di atas dataran timggi atau pebukitan menuju gunung Balawa dan disana juga membuat strategi demikian dan terakhir dalam perjalan pelariannya singgah di desa Masiri Batauga. Disinilah 40 orang prajurit setia Gajah Mada di makamkan dalam satu lubang yang terdapat di atas dataran tinggi setalah sebelumnya selama 40 hari 40 malam secara terus-menerus mereka melantungkan gendang kebesaran puji-pujian maha patih Gajah Mada dimana setelah semua tidak lagi bergerak dan lemas ditimbunnya oleh masyarakat setempat sesuai dengan titah amanah 40 orang prajurit setia Gajah Mada tersebut.
Pintu Gemrbang Utama Benteng Takimpo
Salah Satu Pintua Bagian Barat
Salah satu Makam Mia Patamiana Takimpo
Yang saat ini Sangat Keramat
Setelah penulis tiba di Benteng Kota lama Lipu Ogena Takimpo lansung menuju Baruga untuk melakukan tirakat mengingat semua hasil wawancara tersebut di atas dari ke dua orang tersebut enggang untuk memberikan data lengkap dimana sebetulnya letak kuburan atau Makam Prajurit Gajah Mada di dalam lokasi benteng Kota lama Lipu Ogena Takimpo tersebut. Setelah beberapa saat alhamdulillah penulis mendapat petunjuk Allah SWT dan pertama langsung menuju kuburan panjang yang terdapat di depan Baruga atau mesjid dalam kompleks benteng kota lama Lipu Ogena Takimpo tersebut dan langsung masuk ke dalam kuburan itu dan membangunkannya melalui median spritual. Ternyata yang diketemukan bukan mayat tetapi hanya 1 buah tombak prajurit Gajah Mada yang sengaja di tanam secara simbolis rahasia untuk mengelabui musuh-musuhnya atau pasukan Hayam Wuruk yang sedang mengejar mereka. Setelah itu penulis langsung naik ke Lawa pintu utama benteng kota lama Lipu Ogena Takimpo dan disini ditemui 3 orang sedang berbincang-bincang sesuatu.
Makam depan Baruga Dalam Kawasan Benteng Takimpo
Baruga Dalam Benteng Takimpo Dibawahnya di Yakini
Sebagai Makam 40 Org Prajurit Setia Gajah Mada
Makam 40 Orang Perajurit Setua Gajah Mada
Dibawah Bangunan Baruga ini sangat diyakini
Oleh Masyarakat Takimpo
Ibu yang satunya sedang menumbuk sirih+pinang+gambir+kapur sirih untuk bahan kunyah atau menyirih dan dua orang lainnya sedang menunggu petunjuk ghaib atas sesuatu keperluan dengan ibu tadi. Tanpa disengaja Bapak yang satunya mengucapkan bahwa yang bapak cari makam 40 orang prajurit setia Gajah Mada ada di bawah bangunan Baruga itu, sengaja dibuat demikian untuk disembunyikan. Pada kesempatan itu saya langsung membuat pinangan dan menyampaikan kepada Bapak itu untuk temani saya. Semula Bapak itu takut tapi Ibu ini yang ternyata orang karamah (orang punya kelebihan bathin) menyampaikan kepada tersebut bahwa ikuti kata Bapak ini (maksudnya saya) apa yang dikatakan Bapak itu banar tak salah sebab Bapak ini punya teropong ghaib. Alhamdulillah seketika kami pamit dan turun kembali menuju Baruga dan setibanya disana langsung masuk kebawah kolong Baruga yang terdapat dalam benteng Lipu Ogena Takimpo lama. Setelah masuk langsung penulis menaruh toba (sesajen yang telah disiapkan tadi) di atas sebuah batu besar yang terdapat dibagian utara ditengah-tengahnya bawah lantai Baruga tersebut dan kemudian membuka kunci kuburan membangunkan arwah yang telah diyakini ditanam di tempat itu dengan melakukan dialog metafisis. Ternyata yang diketemukan hanya 1 buah topi prajurit Gajah Mada dan separangkat peralatan perang berupa baju dan perkakas lainnya yang sengaja ditanam oleh para prajurit setia Gajah Mada untuk mengelabui lawan atau pasukan Hayam Wuruk yang sedang mencarinya. Dalam dialog metafisis di lokasi ini mereka mengatakan bahwa makamnya para perajurit itu ada di Batauga. Orang tua ini terkejut dan terkesimah sangat yakin apa yang penulis katakan sebab mata bathinnya juga tembus dan mengatakan demikian itu. Ternyata kisah-kisah sejarah peradaban masa lalu di wilayah Lipu Ogena Takimpo ini penuh dengan rahasia dan politik. *****