bumi buton indonesia

bumi buton indonesia
PROSESI PINGITAN ALA BUTON

Minggu, 18 September 2011

"LIYA" WANGI-WANGI-BUTON ADALAH DAERAH YANG DICARI OLEH SEJARAWAN DUNIA ?

OLEH : ALI HABIU

  
      A.    PEMAHAMAN KONSEPTUAL

    Postulat secara hipotesis bahwa dengan telah diketemukannya situs LINGGA dan YONI dalam lingkungan Benteng Keraton Liya Wangi-Wangi maka dapat dipremis bahwa Kerajaan Liya Wangi-Wangi dahulu kala masih menganut ajaran Hindu, sekalipun kemungkinannya manusianya sudah menganut faham islam tetapi belum islami atau dengan kata lain belum menegakkan ajaran islam yang benar sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW. Jika benar Mahisa Cempaka adalah Raja Liya pertama mulai tahun 1252 Masehi maka hipotesis ini sementara dapat diterima walaupun tentu secara ilmiah diperlukan pembuktian empiris dan konsepsional di lapangan melalui suatu penelitian ilmiah. Oleh karena itu apasteriori premis boleh jadi LIYA WangiWangi ada hubungan budaya dengan LIYA di Bali.
Menurut pemahaman kebudayaan Bali; LIYA adalah ilmu kerohanian yang bertujuan untuk mencari pencerahan lewat aksara suci. LIYA berarti lina aksara yakni  memasukkan dan mengeluarkan kekuatan aksara dalam tubuh melalui tata cara tertentu. Kekuatan aksara ini disebut panca geni aksara, siapapun manusia yang mempelajari kerohanian metode  apapun apabila mencapai puncaknya dia pasti akan mengeluarkan cahaya ( aura). Cahaya ini bisa keluar melalui lima pintu indra tubuh , telinga, mata, mulut, ubun-ubun, serta kemaluan.
Pada prinsipnya ilmu trickle tidak mempelajari bagaimana cara menyakiti seseorang, yang di pelajari adalah bagaimana dia mendapatkan sensasi ketika bermeditasi dalam perenungan aksara tersebut. Ketika sensasi itu datang, maka orang itu bisa jalan-jalan keluar tubuhnya melalui ngelekas atau ngerogo sukmo, kata ngelekas artinya kontraksi batin agar badan planetary kita bisa keluar, ini pula alasannya orang ngeleak apabila sedang mempersiapkan puja batinnya di sebut "angeregep pengelekasan".
Sampai di sini roh kita bisa jalan-jalan dalam bentuk cahaya yang umum di sebut "ndihan" bola cahaya melesat dengan cepat. Ndihan ini adalah bagian dari badan planetary manusia, badan ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu dan di sini pelaku bisa menikmati keindahan malam dalam dimensi batin yang lain.  
       Tradisi sebagian orang di India tidak ada tempat yang tersuci selain di kuburan, kenapa demikian di tempat inilah para roh berkumpul dalam pergolakan spirit, bagi penganut tantric bermeditasi di kuburan di sebut meditasi "KAVALIKA". Di Bali kuburan dikatakan keramat, karena sering muncul hal-hal yang meyeramkan, ini disebabkan karena kita jarang membuka lontar "tatwaning ulun setra" sehingga kita tidak tahu sebenarnya kuburan adalah tempat yang dark baik untuk bermeditasi dan memberikan berkat doa. Sang Buda kecapi, Mpu kuturan, Gajah Mada, Diah Nateng Dirah, Mpu Bradah, semua mendapat pencerahan di kuburan, di Jawa tradisi ini di sebut " TIRAKAT. 

       Di Bali ada beberapa daerah yang terkesan lucu mengganggap kuburan adalah tempat sebel, leteh, ketika ada orang meninggal, atau ngaben, tidak boleh sembahhyang ke pura karena sebel, padahal.. kalau ngaben kita juga mengahaturkan panca sembah kepada Hyang Widi di kuburan, lantas di mana letak beda sebel Pura dan sebel kuburan bagi TUHAN ? itu hanya awig-awig manusia. 
Sehubungan dengan kisah tersebut, pada zaman dahulu kala di ceritakan para leluhur asal  LIYA Wangi-Wangi bahwa manusia-manusia yang mendiami wilayah ini sering melakukan tapah brata baik di dalam gua-gua, di setengah dasar laut (berdiri merendam), di kuburan-kuburan keramat juga di dalam ruang pertapaan khusus yang terdapat di ruang bubungan rumah sehingga zaman itu orang-orang LIYA WangiWangi banyak yang sakti-sakti dan mumpuni ilmunya seperti : mati langsung menghilang ditempat, memiliki banyak bayangan yang sama, dapat dilihat dimana-mana dengan waktu yang bersamaan, dapat berjalan  cepat dengan bilangan detik sudah berada ditempat yang dituju, mendayung 3 kali sudah berada di pulau lain, kebal oleh berbagai senjata tajam dan peluru dlsb.
Oleh karena itu ketika Kerajaan Buton terbentuk awal abad XIII banyak orang-orang LIYA WangiWangi dipakai oleh sang Raja di pulau Buton untuk dijadikan pengawal pribadi atau perajurit perang. Kebiasaan –kebiasaan masyarakat LIYA WangiWangi untuk melakukan pertapaan ala Hindu tersebut mulai berkurang semenjak masuknya Islam di pulau Buton yang dibawah oleh Sjech Abdul Wahid dan ditenarkan oleh pengikutnya Sjech DJILABU setelah diangunnya Mesid Al Mubaraq (Mesjid Agung Keraton Liya) tahun 1547 Masehi. Walaupun demikian pada tahun 1238 Masehi Haji A.Muhammad dan kawan-kawan telah membangun mesjid di Togo Lamaentanari yang berjarak hanya sekitar 2000 meter dari Keraton Liya, namun Haji A.Muhammad dan kawan-kawan yang berasal dari saudagar pedagang rempah-rempah asal Persia yang mendarat di Lamaentanari karena kapalnya tertabrak oleh karang di selat Jawa ketika itu tidak mengejarkan atau menyebarkan ajaran islam karena mereka merasa takut oleh karakter orang-orang LIYA WangiWangi saat itu yang serba sakti sementara mereka semua adalah pendatang tanpa sengaja.  Keseluruhan  kisah ini tertuang dalam naskah sejarah kuno buton yang tersimpan di Leiden.

           B.   PEMAHAMAN SINTESIS
Dalam Pupuh XIV Negarakretagama oleh Mpuh Prapanca (1365) disebutkan bahwa wilayah-wilayah Kerajaan Majapahit meliputi :

Kadangdangan i Landa (Landak) len ri Samedang Tirem tan kasah ri Sedu (Sarawak) Buruneng (Brunei) ri Kalka Saludung ri Solot (Sulu) Pasir Bartitwsi Sawaku muwah ri Tabalung (Tabalong) ri Tnjung Kute (Kutai Kartanegara) Lawan ri Malano makapramuka ta(ng) ri Tanjungpuri

Ikang skahawan Pahang pramuka tang Hujungmedini (Malay peninsula) ri Lengkasuka len-ni Saimwang i Kalanten (Kelantan) i Tringgano (Trengganu) Nacor (Pattani) Pakamuwar Dungu (Dungun) ri Tumasik (Singapore) ri Sanghyang Hujung Kelang (Klang valley) Keda (Kedah) Jere ri Kanapiniran sanusapupul

Sawetan ikanang tanah Jawa murah ya - warnnanen ri Bali makamukyo tang Badahulu mwang Lwgajah Gurun mukamuke Sukun ri Taliwang ri Dompo Sapi ri Sanghyang Api Bhima Ceram i Hutan Kadala (Buru island) opupul

Muwah tang i Gurun sanusa mangaram ri Lombok Mirah (Lombok island) lawan tikang i Saksakadi nikalun kahaiyang kabeh muwah tikang i Batangan pramuka Bintayan len Luwuk (Luwu) tekeng Udamakatraya (Sangihe Talaud) dhi nikanang sanusapupul

Ingkang sakasanusa Makasar Butung (Buton) Banggawai KUNI GRA-LIYA-O mwang i(ng) (baca : wangi-wangi) Salaya (Selayar island) Sumba Solot Muar muwah tikang i Wandan (Bandaneira) Ambwan (Ambon) athawa Maloko (Maluku) Ewaning (Wanin/West Papua) ri Sran (Seram) in Timur (Timor) makadi ning angeka nusatutur
sumber :http://www.asiafinest.com/forum/lofiversion/index.php/t204931.html)
Sebagai anekdot dalam kaitan naskah ini perlu menjadi renungan bagi kita semua apakah yang dimaksud dengan KUNI dalam kalimat KUNI GRA-LIYA-O adalah identik dengan nama sebuah tempat yang menjadi Ibu Kota Jepang pertama tahun 740 s/d 744 Masehi yang berada di provinsi Yamashiro dan sejak tahun 2007 pemerintah Jepang menjadikan sebagai "situs bersejarah Istana Kuni" (kuil resmi Provinsi Yamashiro)
Setelah terjadinya Pemberontakan Fujiwara no Hirotsugu, Kaisar Shōmu pada bulan 12 tahun 740 memerintahkan ibu kota dipindahkan dari Heijō-kyō ke tempat bernama Kuni di distrik Sagara. Lokasinya dipilih karena merupakan markas Daijō Daijin Tachibana no Moroe.
Di dalam kompleks Istana Kuni (Kuni-kyū) terdapat tempat tinggal kaisar, aula utama (daigokuden dan chōdō-in) tempat dilangsungkannya upacara resmi dan kegiatan pemerintahan, dan kantor pejabat pemerintah (kan-ga). Kompleks istana dari utara ke selatan panjangnya 750 m dan lebarnya dari timur ke barat 560 m.
Bulan September tahun 741, kota dibagi menjadi dua distrik, Sakyō dan Ukyō. Istana kaisar mulai dibangun, dan secara resmi kota ini disebut "Yamato no kuni no ōmiya" sejak bulan November 741. Pada akhir tahun 743, semua pekerjaan dihentikan walaupun pembangunan ibu kota belum selesai karena kaisar Shōmu memerintahkan agar ibu kota dipindahkan ke Shigarakinomiya.
Walaupun hanya sempat menjadi ibu kota selama 3 tahun lebih, ibu kota berada di Kuni-kyō ketika kaisar mengeluarkan perintah tentang "pendirian kuil resmi provinsi (kokubunji) dan kuil biarawati provinsi", dan perintah pembangunan Daibutsu.
Setelah tidak lagi menjadi ibu kota, bekas istana kaisar dimanfaatkan kembali sebagai kuil resmi Provinsi Yamashiro. Aula utama (daigokuden) diubah menjadi bangunan aula pemujaan (kondo).
Jika anekdot ini sama dengan KUNI seperti apa yang dimaksud dalam catatan Pupuh XIV Negarakretagama oleh Mpuh Prapanca (1365) berarti LIYA WangiWangi adalah daerah keresian tempat berkumpulnya Raja-Raja di wilayah Nusantara pada zamannya setelah mereka mendapat serangan di wilayah kekuasaannya oleh tentara Mongol yang mana LIYA WangiWangi dijadikan tempat persembunyian, perlidungan sekaligus tempat tapah brata.  
Nama KUNI di LIYA kemungkinan besar dimasukkan oleh tentara Mongol pada tahun 1292 setelah terlebih dahulu menyerang Kerajaan Singosari namun gagal karena istana kerajaan sudah dihancurkan oleh Jayakatwang (pemberontakan Jayakatwang) yang mana sesudahnya Kubilai Khan bekerja sama dengan Raden Wijaya untuk mencari Jayakatwang ke berbagai wilayah kerajaan Majapahit termasuk Liya-WangiWangi dalam upaya  menangkapnya. Tentara Mongol setibanya di LIYA Wangi-Wangi rupanya telah menjumpai banyak petapa asal dari berbagai Kerajaan yang mengasingkan diri disini termasuk Mahisa Cempaka dan Si Panjonga maka mereka namakan LIYA ini sebagai KUNI atau daerah keresian sebagaimana yang terdapat di Jepang.

GRA dalam pengertian kamus jawa kuno sebagai tempat yang menunjukan permukiman, sedangkan BANGGAWAI adalah berhubungan dengan pekerjaan (bisa diartikan perlindungan atau persembunyian). Walaupun demikian kita masih menunggu pengertian asli dalam kamus Jawa Kuno istilah KUNI itu sebetulnya apa pemaknaannya agar kita bisa mengungkap di balik pupuh XIV Mpuh Prapanca (1365) dalam catatannya Negarakretagama tentu mengandung pemahaman yang hakiki terutama dalam rangka mengungkap kebenaran lembaran sejarah yang hilang selama ini di nusantara khususnya Moksa Maha Patih Gajah Mada yang diperkirakan terdapat di wilayah Liya WangiWangi. *****